Perkembangan Industri Otomotif Di Indonesia

Perkembangan Industri Otomotif Di Indonesia – Memacu Gemuruh Industri Otomotif Nasional di Era 4.0 Kementerian Perindustrian mendorong industri otomotif era 4.0 dengan kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan.

Industri otomotif di Indonesia dimulai pada tahun 1927, ketika NV General Motors Java Handel Maatschappij (GM) mendirikan pabrik perakitan Chevrolet di Tanjung Priok. Sejak saat itu, industri otomotif di Indonesia semakin berkembang dengan hadirnya pabrikan dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.

Perkembangan Industri Otomotif Di Indonesia

“Masuknya Jepang kemudian membuka jalan bagi pabrik mobil dari negara itu ke Indonesia.” Toyota datang lebih dulu, diikuti oleh Honda, Suzuki dan Mitsubishi, penulis Industri Otomotif mengatakan kepada bangsa:

Gaikindo: 7 Produsen Mobil Segera Produksi Kendaraan Listrik Di Indonesia

Meski pendudukan Jepang di Indonesia tidak berlangsung lama, merek Jepang untuk Negeri Sakura masih merajai industri otomotif nasional. Setelah proklamasi Soekarno dan Hatta di Indonesia dan dilanjutkannya Konferensi Meja Bundar tahun 1949, pemerintah segera menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Belanda, termasuk GM.

Salah satu bentuk nasionalisasi dalam dunia otomotif adalah berdirinya PT ISC (Indonesia Service Company) pada tahun 1950 sebagai perusahaan perakitan mobil pertama di Indonesia setelah kemerdekaan. Pada tahun 1970-an, GM bangkit kembali ketika diambil alih oleh Astra untuk merakit truk Chevrolet.

Belum lama ini, pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk membentuk perwakilan merek eksklusif (ATPM) sebelum memasarkan mobil di Indonesia. Aturan ini langsung disambut baik oleh Astra dengan didirikannya PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai ATPM Toyota di Indonesia. Pabrik tersebut kemudian berganti nama menjadi Gaia Motor (GM) dan sejak saat itu mulai memproduksi mobil berlogo T.

“Kemudian Indonesia mencoba membuat mobil nasional (mobnas), merek mobil yang banyak dibuat adalah Timor, Esemka, hingga mobil mikro nasional seperti Amdes,” imbuhnya.

Industri Otomotif Bangkit, Ikt Melayani Pengiriman Kendaraan Domestik Dan Ekspor

Sayangnya, lanjut Agus, pengembangan mobil nasional tidak semudah yang direncanakan. Walaupun pada tahun 1974 pemerintah mengeluarkan peraturan yang menghentikan impor mobil utuh (

Namun impor CBU masih bisa dilakukan oleh ATPM yang mampu memproduksi suku cadang. Saat itu pabrikan mobil Jepang masih dominan.

Menyusul reformasi yang bertepatan dengan era pasar bebas global saat ini, pemerintah juga mengumumkan Paket Kebijakan Otomotif 1999. Tujuannya untuk menggenjot ekspor produk otomotif sekaligus merevitalisasi pasar domestik.

Dengan kebijakan tersebut, penjualan tahunan meningkat dari 94.000 unit mobil pada tahun 1999 menjadi 301.000 unit pada tahun 2000. Penjualan terus meningkat setiap tahun, bahkan mencapai rekor pada 2015, setelah tujuh tahun krisis ekonomi. Dimana penjualan mobil pada tahun 2005 mencapai 532.000 unit.

Sejarah Industri Otomotif

“Tapi penjualan menurun pada 2006 karena pada 2005 pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga minyak mentah (BBM) hingga 120 persen,” kata Agus.

Namun, pria yang juga menjabat sebagai Staf Khusus (Stafsus) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini yakin penurunan tersebut tidak akan berlangsung lama. Terbukti penjualan mobil kembali naik pada tahun berikutnya.

Bahkan, pada tahun 2008 industri otomotif mencetak rekor baru dengan menjual 603.774 unit di pasar domestik, mengekspor 100.982 unit dan mengimpor 72.646 unit. Hal ini terjadi bahkan ketika krisis keuangan global melanda Indonesia.

Kinerja industri otomotif nasional terus melaju meski pemerintah telah mencabut Paket Kebijakan Otomotif 1999 dan menggantinya dengan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) nomor 59/M-IND/PER/5/2010 tentang otomotif. industri.

Potensi Industri Otomotif Di Jawa Timur Menjanjikan

Dengan meningkatnya kinerja ekspor dan impor produk otomotif, serta meningkatnya persaingan untuk mobil dalam negeri, tidak mengherankan jika Indonesia dapat muncul sebagai salah satu kekuatan ASEAN di sektor otomotif, selain Thailand dan Malaysia.

Pada tahun 2013, ketika era industri otomotif 3.0 berakhir dan digantikan dengan era industri otomotif 4.0, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan program produksi sebagaimana tertuang dalam peraturan pemerintah no. 41/2013. Dalam kebijakan tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menitikberatkan pada produksi kendaraan hemat energi dan ekonomis.

Indonesia 4.0 meningkatkan kualitas SDM (potensi manusia),” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam Musyawarah Nasional (Munas) Forum Lembaga Mahasiswa Industri Indonesia (FLMPI) ke XXVI di Institut Teknologi Bogor. AKA, Selasa (11/11).

Indonesia 4.0 yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan sandang, otomotif, kimia, elektronik, farmasi dan alat kesehatan. Melalui program ini, Presiden Joko Widodo menargetkan menjadikan Indonesia sebagai pemain global dan pusat ekspor kendaraan bermotor, baik kendaraan berbahan bakar minyak (

Sesat Pikir Kebijakan Mobil Nasional

Dari sisi kendaraan konvensional, Indonesia berhasil menjadi salah satu produsen mobil terbesar di ASEAN. Berdasarkan data Gabungan Produsen Mobil Indonesia (Gaikindo), produksi mobil per November 2021 mencapai 1.003.570 unit. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan produksi mobil tahun sebelumnya yang hanya mencapai 690.150 unit.

Sedangkan dari sisi ekspor, pada Januari-Desember tahun lalu, Indonesia mampu mengapalkan hingga 294.639 unit CBU, meningkat 62.464 unit dari tahun 2020. Sementara itu, ekspor runtuh (

/tahun) sebanyak 56.586 unit. Sedangkan ekspor suku cadang mobil selama tahun 2021 tercatat sebesar 85.679.609 pis, meningkat 40,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 61.177.323 pis.

Namun, meski gemuruh semakin kencang, industri otomotif dalam negeri masih kalah bersaing dengan Thailand, terutama dalam hal produksi dan ekspor kendaraan bermotor. Bahkan rasio kepemilikan mobil Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga.

Terus Melesat, Industri Otomotif Indonesia Tumbuh 10,26 Persen Di Kuartal Iii 2022

Data Gaikindo mencatat, dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa, rasio kepemilikan kendaraan nasional hanya mencapai 99 mobil per 1.000 penduduk. Sedangkan Thailand yang berpenduduk kurang dari setengah jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio kepemilikan mobil sebesar 275 mobil per 1.000 penduduk.

“Bahkan di awal pandemi, penjualan domestik juga melonjak. Indonesia sebelumnya menduduki peringkat pertama di ASEAN, di urutan kelima. Di bawah Filipina,” kata Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara kepada

Menurut data ASEAN Automobile Federation, pada Mei 2020 Indonesia hanya berhasil menjual 3.551 unit. Sedangkan di bulan yang sama, produksi mobil di Thailand mencapai 40.400 unit, Malaysia 23.000 unit, Vietnam 19.000 unit, dan Filipina 4.788 unit. Pada periode Januari-Juli, Indonesia mencatat total penjualan mobil kedua di ASEAN dengan 286.000 unit. Indonesia kalah dari Thailand di urutan pertama yang terjual 387 ribu unit.

Kukuh menyebut keterlambatan pengendalian virus SARS-CoV-2 di awal pandemi menjadi penyebab turunnya kinerja penjualan mobil di tahun 2020. Selain itu, dengan penjualan sepeda motor sepanjang tahun 2020 juga turun, bahkan menjadi yang terparah sejak tahun 2017.

Indonesia Bersiap Jadi Pemain Besar Industri Mobil Listrik

“Penjualan terkecil terjadi pada Mei 2020, yakni hanya 21.851 unit. Setelah itu ada kenaikan dari Juni ke September, sebelum turun lagi dari Oktober ke Desember,” kata Ketua Dagang Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala saat dihubungi.

Beruntung, penjualan sepeda motor kembali pulih dalam satu tahun terakhir, sejalan dengan pulihnya perekonomian nasional. Pada 2021, penjualan kendaraan roda dua mencapai 5.057.516 unit, dengan volume ekspor sebanyak 803.931 unit.

) meningkat 66,6% year-on-year (y-o-y) dari 532.407 unit menjadi 887.200 unit. Sedangkan dari sisi penjualan retail tercatat tumbuh 49,2% year on year dari 578.762 unit di tahun 2020 menjadi 863.359 unit.

Kenaikan itu, kata Presiden Gaikindo I Jongkie Sugiarto, karena upaya pemerintah menyelamatkan industri otomotif melalui insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM DTP) yang ditanggung pemerintah. Namun, meski jumlah penjualan meningkat di tahun 2021, namun belum bisa menyamai kinerja sebelum pandemi. Seperti pada 2019, total penjualan

Tren Data Penjualan Mobil Di Indonesia, 1993

“Menghapus PPnBM sangat membantu mendongkrak angka penjualan dan produksi. Namun pada 2022, kami perkirakan penjualan masih sekitar 900.000 unit, karena belum ada kepastian pemerintah tetap memberikan insentif PPnBM,” kata Yongki.

Sementara untuk membangkitkan industri otomotif pada Maret 2021, pemerintah telah mengucurkan insentif PPnBM. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 20 Tahun 2021, pajak barang mewah ini dikenakan pada mobil penumpang baru berkapasitas 1.500cc dengan kandungan lokal hingga 60% dan berlaku hanya sampai Mei 2021.

Pada periode berikutnya, Juni hingga Agustus 2021, pembelian mobil akan mendapat diskon PPnBM sebesar 50%. Diskon 25% kemudian diberikan untuk periode Oktober hingga Desember 2021. Mengingat percepatan pemulihan ekonomi nasional, pemerintah juga memutuskan untuk memperpanjang masa diskon PPnBM sebesar 100%.

Indonesia 4.0 diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo sejak 2018. Hal ini dicapai dengan mempercepat transformasi digital dan menggunakan teknologi terkini untuk mengembangkan kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan.

Infografis: Sejarah Honda Di Indonesia, Konsisten Produksi Hatchback Terbaik

Di sisi otomotif, Indonesia juga bersiap memasuki era transportasi nol emisi melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 untuk mempercepat program transportasi jalan raya kendaraan bermotor listrik baterai. Kebijakan ini juga didukung oleh Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2021, yang mengatur bahwa kendaraan dengan teknologi nol emisi seperti BEV dan

Indonesia 4.0, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin Taufiek Bawazier yakin posisi Indonesia sebagai salah satu pemain otomotif terbesar di ASEAN akan semakin stabil. Bahkan menurutnya, Indonesia masih bisa tumbuh lebih jauh dan menjadi pusat ekspor kendaraan bermotor, baik kendaraan konvensional maupun listrik.

“Pertumbuhan kelas menengah yang terus tumbuh, kemudian ada bonus demografi, penetrasi teknologi digital dan tren pertumbuhan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan, akan menjadi katalisator transformasi industri otomotif nasional. ” ujarnya saat dihubungi.

Sementara itu, Janes Martinus, pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengakui industri otomotif tumbuh pesat dalam satu dekade terakhir. Namun, sejauh pelaksanaan Program yang bersangkutan

Toyota Indonesia Dukung Kolaborasi Triple Helix Pemerintah, Akademisi, Dan Industri

Indonesia 4.0 yakni meningkatkan keunggulan kompetitif industri dalam negeri untuk pasar lokal, regional, dan global, memiliki lima kunci yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, transformasi ke platform digital seperti

Kemudian ada peta jalan yang jelas untuk pengembangan organisasi yang gesit, teknologi yang berorientasi pada keberlanjutan dan energi yang bersih, baru dan terbarukan. Ada juga supply chain management yang handal, peningkatan sumber daya manusia, peningkatan produk dan layanan, peningkatan digitalisasi secara agresif dan pengembangan smart factory.

Yang lebih efisien. “Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas industri otomotif secara signifikan dengan membangun kapabilitas inovatif melalui peningkatan kapasitas.”

Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan kepastian dan roadmap peningkatan kesiapan sumber daya manusia (SDM). Dengan demikian dapat mencapai tingkat kompetensi yang tinggi dan sesuai dengan perkembangan

Prediksi Tren Industri Otomotif Untuk Tahun 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like