Dampak Kenaikan Bbm Terhadap Perekonomian Indonesia

Dampak Kenaikan Bbm Terhadap Perekonomian Indonesia – Pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk pertalite dan solar serta BBM Pertamax tidak bersubsidi. Awal penyesuaian harga baru pada hari Sabtu, 3 September 2022 pukul 14.30.

Fahmy Radhi, Ekonom Energi Universitas Gadjah Mada, mengatakan kenaikan harga BBM nonsubsidi dapat meningkatkan arus kas di PT Pertamina (Persero). Pada saat yang sama, pemerintah dapat mengurangi subsidi.

Dampak Kenaikan Bbm Terhadap Perekonomian Indonesia

Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata (BNLI) Tbk., memprediksi inflasi mencapai 6-7% hingga akhir tahun. Suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2022, meski diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih di kisaran 5%.

Inflasi Meningkat Pasca Kenaikan Bbm, Pks: Pemerintah Harus Stabilkan Perekonomian

Meskipun tidak ada kenaikan harga kebutuhan pokok setelah kenaikan harga bahan bakar yang terpantau, ekonom Abra Talattov dari Institute for Economic and Financial Development (INDEF) mengatakan bahwa inflasi pangan kemungkinan akan terjadi setelah kenaikan harga bahan bakar. Karena kenaikan harga BBM akan meningkatkan biaya transportasi. Terutama untuk mengangkut kebutuhan pokok.

Sedangkan harga produk yang lebih tinggi mempengaruhi daya beli masyarakat Karena kenaikan harga produk menyebabkan penurunan permintaan terhadap produk tersebut.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan akan menekan tarif wisatawan dan produk ekonomi kreatif. Harga barang dan jasa di sektor ini akan meningkat sebesar 20%.

Kenaikan harga bahan bakar atau BBM juga merugikan industri militer seperti Gojek & Grab Operator transportasi online seperti Gojek & Grab Indonesia mengatakan masih mempertimbangkan untuk memberlakukan tarif baru berdasarkan harga bahan bakar atau BBM. yang dimulai dari 3 September 2022

Dampak Harga Bbm Naik, Pakar Prediksi Tarif Transportasi Terus Melonjak Dua Minggu Kedepan

Tak ketinggalan Angot, sektor industri militer sebagai sistem angkutan umum. Terutama di Bogor, Jawa Barat, yang harus menghadapi kenaikan tarif akibat kenaikan harga BBM atau minyak pemanas. Kenaikannya 1.000 hingga 1.500 rupiah Banyak orang mengira kenaikan harga BBM membuat nasib mereka semakin terpuruk. Kelompok nelayan tradisional juga terancam karena mereka tidak bisa lagi menafkahi keluarganya.

Sebulan kemudian masyarakat dihadapkan pada isu kenaikan BBM bersubsidi. Terakhir, pada Sabtu, 3 September, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan empat menterinya secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, pertalite, dan solar, menurut Jokowi, upaya terakhir pemerintah.

Kenaikan harga BBM ini terjadi sekitar sebulan sebelum keputusan pemerintahan Jokowi.Isu pengurangan subsidi sempat membuat geger masyarakat. Dua efek nyatanya adalah antrean di SPBU dan warga merasa kekurangan.

Salah satu korbannya adalah Naufal yang mengejar titipan penuh. Pengemudi bus yang berangkat dari Stasiun Tanah Abang ke Stasiun Jakarta Kota dalam sebulan terakhir harus mengantri setidaknya setengah jam. Belum lagi ia sering menemukan banyak SPBU kosong. Akibat Panic Buying Orang

Pasca Kenaikan Harga Bbm, Bupati Eddy Berutu Lakukan Dialog Publik Bersama Mahasiswa

“Saat ini, sulit untuk membeli minyak. Orang selalu antri Belum lagi solar, jalan Tanah Abang-Kota kita sudah susah untuk SPBU, apalagi yang pakai solar. Jadi harus beli off-road, sampai Slipi, Kebon Jeruk,” keluhnya.

Di sini juga lacak wilayah lain. Gunakan aplikasi. Tapi nelayan tradisional tidak bisa mendaftar. Bagaimana jika Anda ingin menggunakan aplikasi? Ada pemancing yang tidak memiliki HP. Juga, kami tidak dapat membuat akun di aplikasi karena kami tidak memiliki STNK kapal.”

Naufal biasanya menghabiskan sekitar Rp 80.000 per hari untuk 10 liter pertalite dan merasa terbebani dengan kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, Naufal kerap ditipu mobil berlabel merah yang terus mengisi bahan bakar bersubsidi.

“(Meningkatnya harga minyak) selalu menjadi beban rakyat. Masalahnya, orang kaya masih menggunakan Pertalite yang disubsidi. Ini sistem yang harus menjadi perhatian pemerintah,” kata pria berusia 40 tahun itu kepada wartawan detikX.

Tak Ada Yang Bisa Kami Lakukan’: Umkm Indonesia Galau Menghadapi Dampak Kenaikan Bbm

Menurut dia, meski pemerintah menganjurkan penyaluran bantuan kepada kelompok masyarakat terdampak, Naufal mengingatkan bahwa sejak awal pemerintahan Jokowi aliran bantuan kerap tidak konsisten.

“Dulu masih Premium, kemudian dihapus. Akhirnya kami beli Pertalite dulu, dengan harga penuh Rp 5.500 di beberapa SPBU. Saya menikmatinya kurang dari sebulan, hanya dua minggu. Tidak butuh waktu lama. dan akhirnya kami pun membeli Pertalite dengan harga normal, saya bingung,” lanjutnya.

Penyedia logistik Fauzi Ismi juga menentang kenaikan harga BBM. Kondisi antrean SPBU akhir-akhir ini berkurang, membuat stok BBM bersubsidi kosong di banyak SPBU.

Fauci, misalnya, biasanya bisa mencapai Jakarta-Surabaya dalam hitungan hari.SPBU yang penuh sesak menyebabkan kelangkaan bahan bakar. Hal ini berdampak pada bertambahnya waktu tempuh.

Ekonom Yakin Indonesia Mampu Hadapi Dampak Kenaikan Harga Bbm

“Sebelum ke Surabaya dulu bisa 2-3 hari, sekarang bisa molor lagi karena antrean isi bahan bakar berhari-hari. Jadi mungkin empat atau lima hari. Apalagi kalau ke Medan sekali. bahan bakar,” katanya pekan lalu.

Selain itu, kenaikan harga BBM berdampak negatif bagi Fauzi, karena dia tidak mungkin membatalkan kontrak dengan perusahaan yang terlalu banyak menggunakan jasanya. Akibatnya, usaha Fauzi menemui jalan buntu.

Pria 22 tahun itu mengidap penyakit gondok karena pemerintah terkesan bercanda dengan nyawa banyak orang akibat ketidakpastian kenaikan harga BBM yang dirasakannya sejak awal Agustus tahun lalu. “Awal bulan ini dia bilang ingin tampil. Tapi itu tidak terjadi. Seperti kami bermain,” tambahnya.

Sejumlah nelayan di kawasan itu juga terancam berhenti melaut, selain itu masih banyak nelayan yang berhak mendapatkan hak pertalite dan sinar matahari bersubsidi yang sulit diakses.

Kenaikan Bbm Picu Ragam Reaksi, Adakah Dampak Positif Dari Segi Ekonomi?

Nelayan dari pantai Matras, Kabupaten Sungailiat, Kepulauan Bangka Belitung dan Anggi Maisya juga merasakan ancaman tersebut. Dia mengatakan bahwa dalam dua tahun terakhir dia tidak pernah lagi membeli bensin di SPBU. Memang, kebijakan SPBU melarang pengisian bahan bakar menggunakan jerigen.

Selain itu, pembatasan pembelian bahan bakar yang diwajibkan oleh aplikasi MyPertamina menyulitkan Anggi dan rekan-rekan pemancingnya. Alasannya, mekanisme langganan MyPertamina tidak memperbolehkan pemancing tradisional untuk memiliki akun.

“Di sini juga mengikuti daerah lain yang menggunakan aplikasi. Tapi nelayan tradisional tidak bisa mendaftar. Bagaimana jika ingin menggunakan aplikasi? Ada nelayan yang tidak memiliki HP. Selain itu, kami tidak dapat membuat akun di aplikasi karena kami tidak memiliki STNK kapal,” katanya.

Alhasil, ia mengandalkan bensin eceran dari kios terdekat untuk mengisi bahan bakar kapalnya.Di laut, Anggi, begitu sapa Acoy, membutuhkan 10 liter Pertalite untuk kapalnya. sebelum kenaikan Harga eceran pertalite adalah INR 10.000 per liter, selisih INR 2.350 dari harga pertalite bersubsidi.

Sejarah Kenaikan Harga Bbm: Rezim Soeharto, Sby, Hingga Jokowi

“Artinya kalau naik sampai Rp 10.000 (pertalite) saja, harga eceran (harga) itu bisa Rp 14-15.000,” ujarnya kepada wartawan detikX.

Jika dihitung, Acoy bisa menghabiskan minimal Rp 150.000 selama melaut.Acoy menyebut ada bantuan pemerintah untuk nelayan tradisional. Yakni, di SPBU Pertalite Ikan (SPBN) dijual seharga Rp 5.000. Padahal dari rumah Acoy, SPBN berjarak 20 kilometer.

“Saya tidak akan melakukannya lagi karena banyak nelayan di dekat SPBN. Kami yang datang belakangan tidak berbagi lagi karena semuanya sudah habis (minyak bersubsidi),” ujarnya lirih.

Ditambah dengan kewajiban membeli BBM dari SPBN yang mengharuskan menunjukkan kartu nelayan, Acoy mengaku dirinya dan sebagian besar nelayan di Matras tidak memiliki kartu nelayan karena terkendala proses administrasi yang sulit dijangkau. “Kebanyakan dari kita tidak mengerti prosesnya karena itu sulit.”

Dampak Kenaikan Bbm Terhadap Perbankan, Ini Kata Ojk

Hal ini sejalan dengan survei tahun 2020 oleh Kesatuan Perikanan Tradisional Indonesia (KNTI) yang menunjukkan bahwa 82,2% nelayan Indonesia masih memiliki akses BBM dari pengecer dengan harga lebih tinggi dari yang mereka jual setelah mendapatkannya. nelayan kesulitan mengakses BBM bersubsidi karena berbenturan dengan sistem kuota.

Pegangan Acoy tidak selalu menguntungkan, pemain berusia 25 tahun itu sering menemui jalan buntu karena cuaca buruk mempengaruhi pegangannya.

“Saya biasanya mencari gurita. Harga per kilogram adalah 75.000 rupiah Indonesia. Biasanya 4-5 kilo. Sekarang sulit untuk mendapatkan bahkan satu kilogram. Ucap Akoy lembut.

Pria yang sudah empat tahun bekerja sebagai nelayan ini menentang keras kenaikan harga minyak. Penangkapan ikan yang tidak stabil tidak seimbang dengan biaya operasional. Juga akses SPBU dan SPBN yang masih sangat sulit ditemukan di daerah tersebut.

Kenaikan Harga Bbm

“Mau tidak mau, kami terpaksa menerima peraturan pemerintah. Tolong bantu pemancing seperti kami. Kenaikan harga BBM (menyebabkan) biaya operasional yang lebih tinggi pula. Saya berharap pendistribusian purchase order semakin meningkat karena akses yang sulit,” ujarnya.

Meski menolak kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dan kerap merugi, Acoy hanya bisa pasrah pada nasibnya. Ia tidak putus asa untuk terus melaut, berharap sepulangnya ia bisa membawa kembali ikan hasil tangkapannya, setidaknya makanan keluarganya cukup untuk kebutuhannya.

“Soalnya, nelayan berpikir kalau tidak ketemu ya tidak ketemu kan? seperti hari ini bukan besok siapa yang tahu Dan bukan besok Siapa yang tahu apakah kita akan memiliki lebih banyak besok Ya, begitulah, jadi kami terus pergi ke pantai meski cuaca buruk. Setidaknya hasil tangkapan kami mampu menyatukan kembali keluarga,” ujarnya.

Penolakan kenaikan BBM disuarakan lantang oleh KNTI. Meski nelayan tradisional tidak lagi mendapat jatah BBM bersubsidi.

Paper Perekonomian Indonesia

Ing yang berprofesi sebagai nelayan tambak udang membutuhkan sekitar 45 liter pertalite per minggu. Bahan bakar ini digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin sumur untuk menaikkan permukaan air.

“Walaupun tidak melaut Tapi nelayan tambak seperti saya ini jumlahnya ribuan di seluruh Indonesia. Kita tetap butuh BBM. Kita sering diabaikan dan tidak semua terdaftar dan tidak menghormati kuota. , hanya hasil tangkapan nelayan yang masih diekspresikan,” jelasnya.

Sependapat dengan Acoy Iing membeli oli secara eceran karena terkendala persyaratan administratif. Dan akses ke SPBU dan subsidi SPBN selalu sulit. Ing mengatakan sebagian besar rekan nelayannya menipunya untuk mentransfer bahan bakar sepeda motor yang baru diisi ke kapal untuk mendapatkan subsidi bahan bakar.

“Faktanya saat ini tidak bisa menggunakan jerigen di SPBN/SPBU.

Pdf) Kebijakan Exit Strategy Mengatasi Kenaikan Harga Bbm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like